Tadi pulang les langsung kerumah eka :) aduhh panas bgt lagi . .  
ternyata dibalik panas matahari itu ada bahayanya lho . .
Matahari. Sinar dan panasnya tentu begitu penting bagi kelangsungan  kehidupan di muka bumi ini sepanjang masa. Namun, di balik benderangnya  benda langit itu tersembunyi ”sisi gelap” yang mengganggu kondisi di  bumi, yaitu bintik hitam (sunspot) yang diikuti badai dan flare.
Sebagai pusat peredaran planet-planet di tata surya, matahari merupakan  sumber energi bagi makhluk di bumi. Energi itu dihasilkan dari reaksi  termonuklir untuk mengubah hidrogen menjadi helium yang terjadi di dekat  inti matahari. Suhu di bagian pusat matahari yang terdiri dari gas  berkerapatan 100 kali kerapatan air di bumi itu, mencapai 15 juta  derajat Celsius. Di dalam perut matahari terjadi rotasi dan aliran massa atau konveksi  yang memengaruhi gaya magnetnya. Pada aktivitas tinggi, gaya magnet ini  bisa terpelintir atau berpusar hingga menembus permukaan matahari  membentuk ”kaki-kaki”, yang tampak bagai bintik hitam.
Bintik hitam matahari memiliki diameter sekitar 32.000 kilometer,  umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam yang disebut umbra,  berdiameter 13.000 km atau seukuran diameter rata-rata bumi dan bagian  luar disebut penumbra yang garis tengahnya kurang lebih 19.000 km. Suhu  penumbra lebih panas dan warnanya lebih cerah dibanding umbra.
Suhu gas yang terbentuk di lapisan fotosfer dan kromosfer di atas  kelompok bintik hitam itu naik sekitar 800º Celsius di atas suhu  normalnya. Akibatnya, gas ini memancarkan sinar lebih besar dibandingkan  dengan gas di sekelilingnya.
Setelah beberapa hari, pelintiran magnetik ini terpecah menjadi  beberapa pelintiran lebih tipis. Masing-masing bergerak melintasi  permukaan ke berbagai arah hingga menghilang.
Seperti di bumi, di permukaan matahari pun terjadi badai. Badai  matahari terjadi di daerah kromosfer dan korona—berada di atas kawasan  munculnya bintik-bintik hitam. Beberapa badai matahari juga muncul  ketika terjadi ledakan cahaya atau flare. Ketika flare muncul, terjadi  pelepasan sejumlah besar energi. Umumnya, kian banyak bintik hitam  terbentuk, maka flare pun makin banyak.
Dampak
Flare yang mengeluarkan partikel kecepatan tinggi dalam badai  matahari menyebabkan timbulnya tekanan pada magnetosfer bumi hingga  mengakibatkan badai magnetik di bumi. Fenomena ini mengganggu komunikasi  radio dan membuat jarum kompas berputar liar di bumi.
Bintik hitam matahari dan flare, menurut Sri Kaloka, Kepala Pusat  Pengamatan Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional  (Lapan), telah menimbulkan dampak berarti di beberapa wilayah di  bumi—terutama di lintang tinggi—karena meningkatnya elektron di lapisan  ionosfer. Tahun 1980-an, misalnya, pembangkit listrik di Quebec, Kanada,  padam akibat terpengaruh badai matahari.
Gangguan di lapisan ionosfer di ketinggian 60 km-6.000 km dari  permukaan bumi ini juga menyebabkan kekacauan dalam penyampaian sinyal  komunikasi frekuensi tinggi, yang menggunakan lapisan itu sebagai media  pemantul sinyal. Sistem navigasi dengan satelit global positioning  system menjadi tidak akurat.
Jumlah bintik hitam yang tampak dari pengamatan dari bumi bervariasi,  dari 1-100 titik. Bintik ini butuh waktu 11 tahun untuk mencapai jumlah  tertinggi, lalu menurun lagi. Periode ini disebut siklus bintik  matahari.
Sri Kaloka mengingatkan, puncak jumlah bintik hitam dapat terjadi  lagi tahun 2011. Karena itu, semua pihak yang berkaitan dengan potensi  dampak hendaknya mengantisipasi.
Data pemantauan bintik matahari dan flare terpantau di Pusat  Pengamatan Dirgantara Lapan di Tanjungsari, Sumedang, sejak stasiun itu  beroperasi 1975. Data itu dapat dimanfaatkan semua pihak yang  berkepentingan. Hasilnya dikirimkan ke Bank Data di Swiss, urai Sri.
Periode dingin
Dalam kondisi ekstrem, baik tinggi maupun rendah, bintik hitam atau  flare memberi dampak buruk bagi kondisi di bumi. Saat ini kejadian  bintik hitam, menurut Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan  Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Mezak Ratag, justru dalam titik  terendah.
Bintik hitam adalah indikator aktivitas matahari. Bila sedikit  jumlahnya, energi yang dipancarkan matahari berkurang, yaitu 0,1 persen  pada cahaya tampak, tetapi bisa puluhan persen pada ultraviolet.  Kejadian bintik matahari bisa berkurang akibat menurunnya aktivitas  dinamo matahari, konveksi, dan atau tekanan radiasi dari reaksi nuklir  di pusat matahari.
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi anomali aktivitas matahari itu.  ”Hanya beberapa hari saja dalam dua tahun terakhir ini terpantau  aktivitas bintik matahari,” ujar Mezak. Kondisi permukaan matahari  hampir tanpa sunspot dalam beberapa tahun terakhir itu dikhawatirkan  mengarah pada minimum Maunder kedua setelah kejadian pendinginan global  sekitar tahun 1600-an.
Rendahnya aktivitas matahari berarti berkurangnya suplai panas ke  bumi secara rata-rata global dalam skala waktu tahunan— bukan harian  atau bulanan. Akan tetapi, pemanasan lokal masih bisa terjadi. Seperti  beberapa bulan terakhir, suhu laut di bagian timur agak hangat, urai  Mezak.
Berkurangnya suplai energi dari matahari pada bumi menyebabkan  berkurangnya pemanasan lautan, berarti pula penguapan air laut yang akan  menjadi hujan pun rendah.
Menurunnya suplai energi matahari juga melemahkan monsun. Gerakan  angin monsun terjadi karena perbedaan panas antarlautan dan benua  berdasarkan posisi garis edar matahari.
Pengaruh matahari ini tidak berkorelasi dengan peningkatan suhu udara  beberapa pekan terakhir. Tingginya suhu udara di bumi disebabkan  tingginya uap air, tetapi sedikit yang terbentuk menjadi awan, sedangkan  matahari sudah di lintang selatan. Cahaya matahari sampai ke permukaan  bumi tanpa halangan awan. Namun, inframerah yang dipancarkan ke bumi  tertahan uap air sehingga menaikkan suhu. Uap air banyak dari laut.
Itu dijelaskan Mezak selaku Executive Panel Riset Monsun Organisasi  Meteorologi Dunia (WMO) pada pertemuan WMO di Beijing, Selasa (21/10),  berdasarkan laporan sejumlah ilmuwan dari AS, China, dan Australia.  Mereka mengatakan, ada tren pelemahan monsun di berbagai tempat di bumi.  ”Di Indonesia, kondisi itu mengakibatkan pelemahan monsun rata-rata  dalam beberapa tahun terakhir, tetapi variasinya dari tahun ke tahun  bisa besar,” tambahnya.
Senin (20/10), Pusat Data Aktivitas Matahari (SIDC) di Belgia  menghentikan peringatan ”All Quiet Alert”, karena peneliti di sana  mendeteksi adanya aktivitas di matahari. Namun, laporan ini belum final,  mengingat banyak pakar astrofisika matahari meyakini perioda aktivitas  rendah ini masih akan berlangsung lama hingga berdampak pendinginan  global (global cooling).
Pada kondisi belakangan ini, China mengalami musim dingin paling  dingin dalam 100 tahun terakhir, Amerika Utara mencatat rekor tinggi  salju, Inggris mengalami April terdingin.
Kondisi ini bukan pertama kali ini terjadi. Dari catatan sejarah,  tahun 1645-1715 matahari hampir tanpa bintik, aktivitasnya sangat lemah.  Pada kurun waktu itu, suhu permukaan global sangat rendah sehingga  dinamakan Zaman Es Kecil.  
Kamu telah mengetahui manfaat panas dan cahaya matahari.
Tahukah kamu bahaya panas dan cahaya matahari?
Kulitmu akan terbakar jika terkena panas matahari terlalu lama.
Ancaman yang paling berbahaya adalah terkena kanker kulit.
Bagaimana jika kamu melihat matahari secara langsung?
Matamu akan merasa silau.
Melihat matahari secara langsung dapat menyebabkan kebutaan.
Mohon dipahami ya :) Tengkyu bifor :*